/data/photo/2019/06/12/64314576.jpg)
JAKARTA, KOMPAS.COM - Mempelajari langsung astronomi yang berkaitan dengan angkasa memerlukan kondisi udara yang bersih dan gelap.
Namun, di Jakarta kedua kondisi itu cukup sulit untuk didapatkan lantaran padatnya penduduk dan tingginya pembangunan di kota metropolitan.
Lalu bagaimana siasat Planetarium dan Observatorium Jakarta yang terletak di Cikini Raya agar tetap bisa melakukan observasi dan pengamatan benda-benda langit?
Menurut Satuan Pelaksana Teknik Pertunjukan dan Publikasi Planetarium dan Observatorium Jakarta, Eko Wahyu Wibowo, Rabu (17/7/2019), pihaknya mengandalkan rotasi bumi dan perhitungan astronomi untuk mengamati langit.
"Kalau dulu kan kita acak saja jam pengamatannya, tapi sekarang benar-benar harus kita hitung. Kalau enggak nanti tertutup, jadi bagaimana caranya kita tunggu sampai (benda-benda langit) melewati gedung-gedung (tinggi) itu," ujar Eko.
Baca juga: 23 Tahun Alat Tak Diganti, Planetarium Jakarta Menunggu Revitalisasi
Ia memaparkan beberapa benda langit masih ada yang cukup terang untuk diobservasi dengan teleskop. Seperti bulan, planet Jupiter, planet Saturnus, dan planet Mars.
Namun, untuk mengamati rasi bintang, Planetarium dan Observatorium Jakarta biasa melakukan pengamatan di luar kota yang masih memiliki udara bersih dan gelap.
"Untuk bintang-bintang yang cahayanya sudah redup, kita selenggarakan di luar daerah. Besok kita akan adakan star party, paling dekat di Bogor. Pernah di Dieng dan Pasuruan, kita mencari tempat yang betul-betul gelap," kata Eko.
Ia mengatakan, biasanya remaja hingga dewasa adalah mereka yang paling berminat melakukan pengamatan benda langit. Sementara untuk pertunjukan ruang angkasa memiliki segmen anak-anak usia 13 tahun ke bawah.
Baca juga: Saksikan Gerhana Bulan Sebagian di Plaza Teater Planetarium dan Observatorium Jakarta
"Kemarin ada gerhana bulan sebagian, itu ada 500 orang hadir dari sore sampai subuh," kata Eko.
Sementara untuk jumlah kunjungan umum Planetarium dan Observatorium Jakarta pada akhir pekan bisa mencapai 1.300 orang. Namun, jumlah ini menurun dari tahun-tahun sebelumnya akibat pertunjukan yang hanya dilangsungkan dua kali dalam sehari.
"Dulu bisa sampai 2.000 orang saat Sabtu Minggu, karena dulu sampai tujuh kali pertunjukan. Kalau sekarang hanya 1.300," ujarnya.
https://megapolitan.kompas.com/read/2019/07/18/10400091/cara-planetarium-siasati-polusi-dan-gedung-tinggi-di-jakarta-demi-melihat
2019-07-18 03:40:00Z
CBMigQFodHRwczovL21lZ2Fwb2xpdGFuLmtvbXBhcy5jb20vcmVhZC8yMDE5LzA3LzE4LzEwNDAwMDkxL2NhcmEtcGxhbmV0YXJpdW0tc2lhc2F0aS1wb2x1c2ktZGFuLWdlZHVuZy10aW5nZ2ktZGktamFrYXJ0YS1kZW1pLW1lbGloYXTSAYUBaHR0cHM6Ly9hbXAua29tcGFzLmNvbS9tZWdhcG9saXRhbi9yZWFkLzIwMTkvMDcvMTgvMTA0MDAwOTEvY2FyYS1wbGFuZXRhcml1bS1zaWFzYXRpLXBvbHVzaS1kYW4tZ2VkdW5nLXRpbmdnaS1kaS1qYWthcnRhLWRlbWktbWVsaWhhdA
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Cara Planetarium Siasati Polusi dan Gedung Tinggi di Jakarta demi Melihat Bintang - Kompas.com - KOMPAS.com"
Post a Comment